Minggu, 01 November 2009

Aku masih saja sejumput debu dalam pusaran semesta raya. Aku tahu kalau bagian terbesarku dalam suatu dimensi. Dari segumpal darah yang kini tengah berdetak dalam suatu placenta dari sesosok mahluk yang kemudian (aku) kenal dengan sebutan Manusia.

Sementara ini, aku tetap saja pusaran debu, sejumput debu yang sedang berotasi, berdampingan dengan partikel-partikel lainnya yang tidak pernah saling menyapa.

Meski aku adalah pusaran. aku dapat merasakan geloranya membara, yang terjadi yang mungkin berjarak jutaan tahun cahaya dari dimensiku. Aku dapat rasakan resonansi dan visualisasi kekuatan suatu manifestasi membangun wujud, karena aku tahu bahwa aku tidak akan mungkin dapat menawar takdirku. Kadang gelap membuat seluruh naluriku menari nakal, seakan menyeretku kembali pada garis takdirku nanti.

Apa yang telah aku jalani dalam proses metafora kehidupan di alam semesta raya ini telah banyak memberikan ilmu dan visualisasi ibadah yang maha luas. Sepertinya ragaku menjadi begitu penting bagiku. Tapi sementara ini, aku hanya debu yang berotasi sebagai pusaran. Jelas aku belum menjadi bagian dari badanku yang duniawi. aku masih di tapal batas dunia dan kegaiban.
Karena itu aku hanya merasakan, kedamaian, suka cita yang sangat mendalam, dan larut diantara kekhusukan dengan sang illahi.

Tidak ada komentar: